Nama Harajuku sering disebut-sebut berbarengan dengan viralnya Citayam Fashion Week. Apa sebetulnya Harajuku? Bagaimana distrik di Jepang itu berkembang menjadi ikon fashion? Inilah sejarahnya.
Harajuku adalah distrik di Shibuya, Tokyo, Jepang. Di Harajuku terdapat berbagai landmark terkenal seperti Kuil Meiji, Taman Yoyogi, dan Jalan Takeshita. Di Jalan Takeshita itulah pusat fashion Harajuku berada. Di situ pula gaya fashion Harajuku lahir.
Gaya fashion Harajuku terinspirasi oleh gaya Barat. Itu tidak terlepas dari sejarah perkembangan wilayah Harajuku.
Sebelum menjadi pusat fashion, pada tahun 1940-an Harajuku merupakan distrik internasional. Setelah Perang Dunia II, apartemen Washington Heights didirikan di Harajuku. Apartemen itu menjadi tempat tinggal personel militer Amerika Serikat beserta keluarganya.
Walaupun tidak bisa masuk ke area kompleks apartemen tersebut, warga Jepang biasa bergaul dengan orang Barat yang tinggal di situ. Di situ pula warga Jepang mengenal gaya busana dan budaya Barat.
Tahun 1964 merupakan tahun penting karena menjadi awal lahirnya gaya busana Harajuku. Pada tahun itu, seiring penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas di Tokyo, para personel militer Amerika Serikat yang tinggal di Washington Heights dipindahkan ke pangkalan lain.
Ini menjadi kesempatan bagi orang-orang kreatif Jepang untuk tinggal dan membuka usaha di Harajuku. Apalagi harga apartemen di distrik tersebut relatif terjangkau. Di antara mereka ada yang membuka kafe, dan butik. Ada juga desainer yang menyewa toko kecil di Jalan Takeshita supaya bisa menjual rancangannnya langsung kepada pelanggannya.
Tahun 1970an menjadi tahun populer bagi Harajuku. Pada era itu majalah fashion Harajuku seperti Non-no dan Anan berdiri, dan banyak memberikan sorotan terhadap gaya busana Harajuku. Pembukaan toko crepe seperti Santa Monica Crepes pada tahun 1977, serta berdirinya Laforet yang menjadi landmark fashion di Harajuku pada tahun 1978, membuat Harajuku kian terkenal sebagai distrik fashion.
Masih pada tahun 1977-1978, fenomena hokoten (surga pejalan kaki) mengubah identitas fashion di Harajuku. Hokoten ini melahirkan berbagai gerakan yang menjadi sub-kultur fashion Harajuku.
Salah satunya adalah takenoko-zoku. Kekhasan gerakan yang terbiliang anti-fashion itu adalah cara berpakaiannya yang gombrang dengan warna cerah dan terang.
Distrik Harajuku pada tahun 1980-an melahirkan berbagai sub-kultur fashion seperti decora, gyaru, gothic lolita, dan visual kei.
Nama Harajuku sudah menjadi sinonim sebagai budaya gaya busana jalanan Jepang. Pemerintah Jepang pun mengakui itu dan mempromosi Harajuku sebagai gaya busana Jepang ke dunia.