Hasil penelitian Jeffrey Riffell, profesor biologi di University of Washington, Amerika Serikat, bersama beberapa koleganya di universitas yang sama mengungkapkan bahwa indra penciuman nyamuk mempengaruhi cara nyamuk merespons isyarat visual.
Terungkap dalam hasil penelitian yang terbit pada Februari 2022 itu, nyamuk mengandalkan penciumannya untuk membedakan apa-apa yang bisa menjadi inang yang diapat digigitnya. Ketika nyamuk mencium aroma CO2 dari nafas kita, kata Jeffrey seperti dikutip situs web University of Washington, mata nyamuk terangsang untuk memindai warna tertentu dan pola visual lainnya, yang berkaitan dengan dengan calon inang. Hasil pindaian warna itulah yang menentukan arah yang dituju oleh nyamuk.
Eksperimen para peneliti University of Washington itu memperlihatkan, nyamuk mengabaikan warna apapun jika tidak mencium aroma CO2. Meski mencium aroma CO2, nyamuk tetap mengabaikan titik-titik berwarna hijau, biru atau ungu. Namun, jika titik-titik itu berwarna merah, oranye, hitam atau sian (cyan, biru kehijauan) maka nyamuk akan terbang ke arah titik-titik itu. Empat warna yang terkait dengan panjang gelombang (wavelength) cahaya yang lebih panjang itulah yang bisa menarik nyamuk setelah mengendus aroma CO2.
Kulit manusia -apapun rasnya- juga mengeluarkan sinyal panjang gelombang (wavelength) yang lebih panjang dalam kisaran warna merah - oranye. Itu sebabnya nyamuk suka mendekati kulit manusia. Jadi, tutupi kulit anda, dan hindari warna merah, oranye, hitam dan sian agar terhindar tidak dirubung nyamuk.